Hasan Nasbi Tolak Resign Sebagai Kepala PCO: “Saya Masih Beraktifitas Normal”
**politics.apabisa.com** – politics.apabisa.com | , JAKARTA — Kepala Komunikasi Kepresidenan atau Kantor Komunikasi Presiden (KKP) Hasan Nasbi menyangkal gosip yang menyebutkan dia akan meninggalkan Kabinet Merah Putih (KMP) di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto.
Hasan menyangkal kabar itu dan mengungkapkan bahwa dia tetap melaksanakan kewajibannya dengan normal.
“Saya tetap bekerja seperti biasanya,” katanya ketika dicek kembali oleh Bisnis lewat pesan singkat pada hari Rabu (16/4/2025).
Sebelumnya, Hasan Nasbi sebenarnya dianjurkan untuk mundur setelah menyampaikan pernyataan kontroversial tentang ancaman kepala babi. Direktur LIMA (Lingkar Madani), Ray Rangkuti, dengan tegas mengecam pernyatan dari Kepala Komunikasi Presidensial Hasan Nasbi yang meminta agar kepala babi tersebut dimasak di kantor Tempo.
Ray mengungkapkan bahwa perkataan Hasan tak layak disampaikan oleh seorang pejabat negara yang semestinya bertindak sebagai panutan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Merespons pernyataan yang menuai kontroversi tersebut, Ray kemudian mengajukan beberapa gugatan sebagai upaya penanganan masalahnya. Ia menuntut agar Hasan Nasbi diizinkan untuk beristirahat dengan mendapatkan cuti atau lebih jauh lagi, melepaskan posisinya sebagai Kepala Kantor Komunikasi Presiden.
“Kemungkinan besar beliau tengah menghadapi masalah yang kompleks. Mengambil cuti mungkin akan membantu saudara Hasan Nasbi berkonsentrasi lebih baik dalam menuntaskan permasalahan sulit itu. Namun bila ternyata posisi saat ini sudah tak cocok atau tepat baginya, pengunduran diri dapat menjadi pilihan yang mulia,” ungkapnya pada Bisnis, Rabu (21/3/2025).
Sebaliknya, Hasan Nasbi memberikan klarifikasi dan penjelasan tentang makna frasa ‘hanyalah dimasak saja’ ketika diwawancara para reporter soal posisi Istana mengenai serangan yang dialami jurnalistik Tempo.
Saat dikonfirmasi Bisnis Hasan menyampaikan bahwa ungkapan ‘dimasak saja’ bukan ditujukan untuk merendahkan kebebasan pers, tetapi sebagai metode untuk meminimalisir dampak dari tindakan teror itu sendiri.
Hasan berkata bahwa dia hanyalah menanggapi pernyataan dari salah satu jurnalist Tempo, Francisca Christy Rosana, tentang ancaman berupa kepala babi. Ia memposting tanggapannya itu di akun X untuk mendorong pelaku pengancam supaya mengirim daging babi dalam keadaan utuh daripada hanya kepala saja.
Ia mengatakan bahwa pernyataan kepala babi tersebut lebih baik dianggap sebagai hal biasa saja, malah bisa menjadikan pelaku ancaman hilang fokus karena meremehkan tindakan mereka.
“Respons yang tepat sebenarnya adalah dengan mengabaikan sang penakut. Jika ia tak merasakan rasa takut seperti yang diharapkan, berarti KPI-nya sebagai pelaku ancaman tidak terpenuhi,” katanya kepada Bisnis melewati panggilan telphon, Sabtu (22/3/2025).
Merespons kritikan yang menyebut pernyatannya mengabaikan pentingnya kebebasan pers, Hasan memastikan bahwa pemerintahan bukanlah penghalang bagi kemajuan media.
Menurutnya, hal tersebut telah dijalankan melalui rutinitas sehari-hari.
“Soal kebebasan pers, pemerintah tidak pakai teori lagi, tapi sudah pembuktian. Tidak ada media atau wartawan yang diperkarakan, tidak ada yang dilarang bikin berita, podcast, atau masuk ke Istana karena bersikap kritis,” tegas Hasan.
—