30 Apr 2025, Wed

Indonesia Bersiap Impor Hasil Pertanian AS untuk Mengurangi Dampak Tarif Trump

Pemerintah Republik Indonesia bertemu dengan pejabat di Pemerintahan Amerika Serikat guna mendiskusikan keputusan tariff yang dikeluarkan oleh Presiden AS Donald Trump. Sebagai hasil pertemuan tersebut, Pemerintah Indonesia merencanakan untuk tetap melanjutkan pembelian produk-produk agraris dan bahkan menginginkan peningkatan dalam pengadaaan peralatan serta mesin dari negeri AS.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyatakan bahwa setelah bertemu dengan pihak Pemerintah Amerika Serikat, Indonesia berniat untuk memperbesar pembelian sumber daya energi dari negeri tersebut. Antara lain meliputi gas elpiji, minyak mentah, serta bahan bakar minyak.

“Pula, Indonesia bertekad melanjutkan pembelian barang-barang pertanian seperti gandum, kacang kedelai, dan susu kedelai,” katanya dalam jumpa pers daring, Jumat (18/4/2025).

“Sementara itu, Indonesia berencana untuk menambah jumlah pembelian peralatan-modal dari Amerika,” tambahnya.

Airlangga menggaransi bahwa pemerintah sudah siap membantu perusahaan Amerika Serikat yang telah lama beroperasi di Indonesia. Nantinya, mereka akan menyederhanakan proses perizinan serta memberikan insentif bagi perusahaan-perusahaan tersebut di Tanah Air.

Terhadap otoritas Amerika Serikat (AS), pemerintahan Republik Indonesia (RI) pun mengusulkan kolaborasi tentang sektor mineral dan mendukung kemudahan pengimporan barang-barang dari AS. Airlangga juga berupaya menjaring komitmen dari pemerintah AS untuk melaksanakan investasi dalam negeri.

“Indonesia juga menekankan kepentingan memperkokoh kolaborasi dalam bidang pembinaan sumber daya manusia, terutama pada aspek-aspek seperti pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, rekayasa, matematika, dan ekonomi digital,” jelas Airlangga.

“Dan tentunya Indonesia juga menyebut tentang layanan finansial yang lebih berpotensi memberikan keuntungan bagi Amerika Serikat,” tambahnya.

Dia menyebutkan bahwa dalam periode 90 hari sejak penangguhan tarif oleh Trump, tarif ekspor masih bertambah. Sebagai contoh, terdapat kenaikan 10% untuk barang-barang garmen dan tekstil. Akibatnya, jumlah keseluruhan dari tambahan tarif ini pada produk garmen dan tekstil menjadi 47%.

“Maka, hal ini pun jadi perhatian penting untuk Indonesia sebab dengan penambahan 10%, beban ekspor kita bertambah akibat dari kenaikan biaya yang diminta oleh para pembeli supaya dibagi bersama dengan Indonesia dan tidak hanya mereka saja yang menanggung pajak tersebut,” terang Airlangga.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *