Menteri ESDM Bahlil Lahadalia bersiap untuk bertemu dengan Menteri Industri dan Sumber Daya Mineral dari Kerajaan Arab Saudi, Yang Mulia Bandar Al-Khorayef.
“Rencana pertemuan antara Menteri ESDM dari Arab Saudi dengan diriku pekan ini ada, namun aku lupa tanggal pastinya,” ujar Bahlil saat ditemui di Jakarta, pada hari Selasa (16/4).
Dia mengungkapkan kedua pihak akan membahas secara bilateral terkait kebutuhan kedua negara di sektor pertambangan. Salah satu yang akan dibahas antara kedua menteri tersebut adalah mineral kritis.
“Sebagai bocoran, salah satunya adalah mineral kritis, ya tambang-tambang,” jelasnya.
Harapan dari kunjungan Menteri Kerajaan Arab Saudi kali ini adalah untuk meningkatkan kolaborasi dalam berbagai bidang seperti pertambangan, Farmasi, produksi pangan, serta otomotif. Sejak lama, Kerajaan Arab Saudi menilai Indonesia menjadi mitra penting bagi mereka di wilayah Asia Tenggara.
“Arab Saudi mengidentifikasi Indonesia sebagai mitra dagang signifikan, dengan total perdagangan dua arah antara kedua negara melampaui angka US$ 6 miliar di tahun 2023,” sebagaimana disebutkan dalam pernyataan resmi Kerajaan Arab Saudi, Jumat (11/4).
Dengan pendapatan dari ekspor bahanbakar mineral di Indonesia senilai US$ 67 miliar serta impornya yang berjumlah US$ 38 miliar dalam kurun waktu fiskal lalu, bidang ini memberikan potensi signifikan bagi perkembangan secara jangka panjang.
Di samping itu, kolaborasi pada bidang energi terbarukan turut menjadi fokus penting. Pemerintah Arab Saudi pun menggelontorkan dana signifikan ke sektor ini serta teknologi mobil listrik sebagai elemen dari program Vision 2030 mereka.
Salah satu demonstrasi signifikan dari kolaborasi tersebut adalah aliansi dengan Vale Indonesia, pemimpin utama dalam industri nikel yang memiliki peranan krusial pada pembuatan baterai untuk mobil listrik.
Kerja Sama Mineral Kritis
Di luar Arab Saudi, Indonesia pun telah mengembangkan kerjasama dalam bidang mineral strategis dengan berbagai negara lain seperti Australia, Inggris, serta Amerika Serikat.
Kementerian ESDM berkolaborasi dengan Northern Territory (NT) Australia untuk menguatkan jaringan pasokan mineral kritis dan strategis. Kolaborasi tersebut bertujuan meningkatkan peranan Indonesia pada skala internasional terkait rantai pasok mineral, sekaligus membantu NT Australia dalam hal variasi sumber daya mineralnya.
Wakil Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Arie Havash Oegroseno menggarisbawahi kepentingan keragaman mitra tak hanya pada skala nasional, namun juga di tingkat provinsi-provinsi yang mempunyai kemampuan besar dalam sektor industri bahan galian strategis.
Perjanjian antara Kementerian ESDM dengan Negara Bagian New South Wales Australia ini bisa jadi contoh bagi pemerintah Indonesia dalam mengembangkan kerjasama serupa dengan daerah-daerah penting lainnya diAustralia,” kata Arie pada pernyataan resmi hari Jumat tanggal 21 Februari.
Indonesia pun sudah menyetujui kesepakatan kerjasama strategis dalam sektor mineral kritis dengan pihak Pemerintahan Inggris. Menurut pernyataan Bahlil, kolaborasi tersebut meliputi pertukaran teknologi serta pengetahuan di ranah mineral kritis yang bertujuan untuk jangka panjang.
Pembekuan perjanjian kerjasama atau MOU ini dijalankan oleh Bahlil bersama dengan Menteri Pembangunan Inggris Anneliese Dodds yang menjabat untuk menggantikan Kementerian Hubungan Internasional, Negara Jajahan, serta Pengembangan Inggris.
“Bagian ini merupakan implementasi dari kesepakatan yang telah dicapai sebelumnya antara kedua negara. Saya dan Menteri Ibu sudah menandatangi dokumen tersebut, kini kita akan melaksanakan langkah-langkah berikutnya,” ujar Bahlil dalam pernyataannya pada hari Rabu (18/9/24).