apabisa.com | politics.apabisa.com
, JAKARTA — Pemimpin Tertinggi Amerika Serikat (AS)
Donald Trump
menyampaikan indikasi potensi penundaan sementara mengenai
tarif impor
Otomotif yang dulunya berlaku sebesar 25%, hal ini sesuai dengan keperluan para pemain industri dalam menyesuaikan jaringan suply global.
Tindakan tersebut diklaim sebagai tanggapan terhadap tekanan yang dialami oleh perusahaan otomotif lokal, terutama dalam proses pemindahan produksinya dari negara-negara seperti Kanada dan Meksiko.
“Saya tengah mencari cara membantu beberapa produsen mobil. Mereka membutuhkan waktu untuk beradaptasi karena mereka ingin memproduksi di AS,” ujar Trump mengutip Associated Press (AP) pada Selasa (15/4/2025).
Pernyataan itu menunjukkan adanya ruang untuk memodifikasi aturan tariff impor yang tadinya ditetapkan mencapai 25%. Sementara itu, Trump sempat menyampaikan bahwa keputusan ini bersifat tetap dan tidak berubah.
Namun, pada beberapa peluang terbaru, cara pandangnya terhadap perdaganan mulai mengindikasikan adanya kelonggaran.
The American Automotive Policy Council (AAPC), yang mewakili Ford, General Motors, dan Stellantis, menyambut baik tanda-tanda akan dilonggarkannya tariff tersebut.
Presiden AAPC, Matt Blunt menyatakan bahwa tarif luas terhadap komponen otomotif dapat berpotensi menghambat tujuan bersama untuk memperkuat basis produksi otomotif domestik.
“Kami mengakui bahwa kebanyakan perpindahan rantai pasokan memerlukan waktu. Karena alasan tersebut, fleksibilitas tariff ini dapat memberikan ruang bagi percepatan pertumbuhan industri otomotif dalam negeri,” ungkap Blunt.
Sektor perdagangan internasional kembali diperhatikan saat pemerintah Trump pernah meningkatkan tariff atas barang-barang yang diimpor dari China sampai 145%, namun setelah itu mereka mencabut beberapa beban tersebut terkait produk elektronik dan menerapkan tarif sementara menjadi 20%.
Meskipun begitu, ketidakstabilan keputusan Trump menjadi perhatian utama. Kepala Ekonom Northern Trust, Carl Tannenbaum mengingatkan bahwa variasi dalam kebijakan tariff sudah menciptakan keragu-raguan yang signifikan di antara konsumen dan para Investor.
“Kerusakan pada kepercayaan ekonomi kemungkinan besar tak dapat diperbaiki lagi,” ujar Tannenbaum.
Kebijakan tariff impor otomotif senilai 25% yang diimplementasikan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump diproyeksikan pula bakal meningkatkan bobot biaya pada sektor manufaktur otomotif AS menjadi sekitar US$108 miliar atau kurang lebih Rp1.814,4 triliun (dengan asumsi nilai tukar rupiah-US$ adalah RP16.800 untuk setiap dollar) selama tahun 2025.
Hal ini terungkap dalam studi terbaru yang dirilis oleh Center for Automotive Research, lembaga riset yang berbasis di Ann Arbor, Michigan, Amerika Serikat.
Laporan tersebut menyebutkan bahwa tiga raksasa otomotif asal Detroit, yakni Ford Motor Co., General Motors dan Stellantis akan menjadi pihak yang paling terdampak kebijakan tarif Trump. Ketiganya diperkirakan menanggung peningkatan biaya sebesar US$42 miliar akibat tarif tersebut.
Melansir Reuters, Minggu (13/4/2025), ketiga perusahaan tersebut berpotensi membayar tarif sekitar US$4.911 untuk impor komponen bagi setiap kendaraan yang dirakit di AS (completely knocked down/CKD). Angka ini lebih tinggi dari rata-rata industri yang sebesar US$4.239 per kendaraan.