Trump Pertimbangkan Larangan DeepSeek Seiring China Melanjutkan Balasan Aturan Tarif Impor
Pemerintah Amerika yang diketuai oleh Donald Trump
Trump
mempertimbangkan untuk memblokir
DeepSeek
, platform kecerdasan artificial atau AI dari
Cina
Ini dikerjakan saat persaingan bea masuk antar dua negeri masih berlangsung.
“Pemerintah sedang meninjau kemungkinan melarang penduduk Amerika Serikat menggunakan DeepSeek atau mencegah kompetitor seperti ChatGPT mendapatkan teknologi dari Amerika,” sebagaimana dilaporkan.
Reuters,
Rabu (16/4) waktu setempat.
Satu teknologi yang dimaksud adalah prosesor Nvidia. Otoritas Amerika Serikat berupaya menghalangi penjualan chip tersebut kepada China guna menjaga unggulannya dalam persaingan bidang AI.
“Komite Khusus Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat untuk Tiongkok menyatakan bahwa pihak berwenang di sana telah mengirim surat rasional kepada perusahaan Nvidia. Surat tersebut bertanya-tanya seputar transaksi penjualan mereka ke Cina dan wilayah Asia Tenggara dengan tujuan mencari tahu apakah serta bagaimana proses chip dapat mendukung model Artificial Intelligence DeepSeek walaupun terdapat batasan ekspor dari Amerika,” katanya.
Nvidia menyatakan pada Selasa (15/4) mengenai kerugiannya sebesar US$ 5,5 miliar usai pemerintahan Washington melarang ekspornya dari chip AI H20 menuju Cina. Aturan baru ini menjadi bagian terkini dari langkah-langkah yang ditempuh oleh Trump guna mengekang akses negara tersebut kepada semikonduktor tingkat lanjut.
AS sudah menghentikan ekspor chip Nvidia terkini ke Cina sejak tahun 2022, karena kuatir teknologi tersebut akan dimanfaatkan dalam pengembangan kapabilitas militer Negeri Tirai Bambu.
Perseteruan Tarif Antara Amerika – China
Pada awal Maret, Amerika menetapkan bea masuk sebesar 20% untuk barang-barang dari Cina. Setelah itu, Presiden Trump membalas dengan memberlakukan tarif reciprocals atau timbal-balik senilai 34% terhadap Tiongkok.
Beijing merespons dengan menerapkan bea masuk sebesar 34% pada barang-barang dari Amerika Serikat. Balasan bertambah dengan kebijakan tariff terus berlangsung, dan kali ini, Presiden Donald Trump meningkatkan tarif menjadi 245%.
“Kini Cina harus berurusan dengan bea masuk mencapai 245% untuk barang yang diimpor ke Amerika Serikat karena balasan mereka terhadap tindakan tertentu,” ungkap Kantor Kepresidenan, menyebutkan dasar keamanan nasional, seperti dilansir dari
The Economic Times
, Rabu (16/4).
“Baru-baru ini, tepatnya minggu ini, Cina telah menghentikan sementara ekspornya dari enam jenis logam langka berat, termasuk juga magnet yang terbuat dari tanah jarang. Langkah tersebut diambil dengan tujuan untuk mengganggu aliran suplai ke beberapa industri penting seperti otomotif, pertahanan udara, pembuat semi konduktor, dan pabrikasi peralatan militer,” demikian catatan Gedung Putih.
Pemerintah juga menyebutkan tentang pelarangan ekspor galium, germanium, dan antimon yang dilakukan oleh Tiongkok sebelumnya. Bahan-bahan tersebut digunakan dalam produksi perangkat elektronik hingga diterapkan di sistem-sistem tenaga.
“Presiden sudah menyatakan pandanganannya terhadap Cina dengan sangat tegas. Walau begitu, saya ada beberapa poin lain yang barusan beliau beritahu saya saat kami bertemu di ruang Oval,” ungkap Karoline Leavitt, Sekretaris Media White House, pada konferensi pers tersebut.
“Bola ada di tangan China. Tiongkok harus menghadapi kita. Kita tidak perlu menyusun persetujuan dengan mereka. Tidak terdapat perbedaan mendasar antara China dan negara-negara lain, selain dari ukuran yang jauh lebih besar milik mereka,” kata Leavitt tambahan.
Cina Soal Tarif Impor 245%: Kami Tidak Ragu Menghadapi Perang
Kementerian Luar Negeri Cina mendorong wartawan untuk mengajukan pertanyaan tersebut kepada Pemerintahan Amerika Serikat. “Pertanyaan seperti itu bisa ditujukan langsung kepada otoritas AS,” katanya dilansir dari China Daily.
Lin menyebut perang tariff impor dimulai oleh Amerika. Tiongkok sudah menerapkan langkah-langkah preventif guna melindungi hak-hak dan kepentingannya secara legal, serta menjamin keadilan dan kesamaan di kancah global, yang ‘sungguh-sungguh logis dan sah’.
Dia menekankan bahwa kedudukan China tetap tegas dan tak ada yang unggul di antara perang tariff dan perdagangan tersebut.
“China tidak mau bertarung (dalam jenis peperangan seperti ini), dan juga tidak gentar untuk berperang,” ujarnya.
“Bila AS benar-benar berniat untuk menangani permasalahan lewat diskusi dan negosiasi, maka Amerika perlu mengakhiri pendekatan mereka yang menggunakan tekanan besar, berhenti melakukan ancaman dan pemerasan, serta terlibat dalam pembicaraan dengan pihak Cina secara sejajar, dengan saling menghargai dan mendapatkan keuntungan bersama,” kata Lin tambahnya.