Trump’s Policy Backfires: Wirausahawan dan Petani AS Terdampak
**politics.apabisa.com** – Presiden AS Donald Trump sudah menerapkan bea masuk pada beberapa negara. Tingkat tariff-nya bervariasi antara 10% sampai puncaknya di 145%, khusus bagi produk-produk asal China. Meskipun demikian, implementasi aturan tersebut akan ditangguhkan sementara selama periode 90 hari, dengan pengecualian atas tambahan tariff untuk barang-barang datang dari China.
Perang perdagangan antara Amerika Serikat dan China telah mengguncangkan perekonomian dunia lebih jauh lagi. Meskipun diperkirakan akan menunjukkan kelonggaran dan kemungkinan mencapai kesepakatan selama pembicaraan, Beijing malah bertindak berlawanan dengan harapan. Tidak hanya itu, negeri nanas ini juga menerapkan bea masuk balasan terhadap barang-barang dari AS senilai 125%.
Beberapa pebisnis di Amerika Serikat telah mengalami efek konkret dari aturan tariff impor yang dikeluarkan oleh Trump meski penangguhannya selama 90 hari. Kebijakan tersebut kini memberikan tekanan pada berbagai bidang industri. Akibatnya, tidak sedikit para pemilik bisnis yang secara langsung memperbesar anggaran operasi mereka.
Menurut laporan dari Reuters, CEO Eco Lips Steve Shriver menyatakan bahwa biaya pembuatan lip balms akan meningkat sekitar US$ 5 juta selama 12 bulan mendatang karena adanya tariff terbaru. Hal ini menjadi masalah besar, mengingat bahannya seperti vanilla, coconut oil, dan cacao yang digunakan perusahaan tak dapat diproduksi secara lokal.
“Kita menghadapi ketidakpastian dalam jaringan pasokan di masa yang akan datang,” kata Shriver.
Perusahaannya menghasilkan barang-barang perawatan kesehatan dan kecantikan organik menggunakan bahan dari lebih dari 50 negeri berbeda, serta menjualnya di sekitar 40.000 gerai ritel secara global. Pendapatannya mencapai sekitar US$ 30 juta setahun. Pengusaha Amerika Serikat memandang bahwa aturan tariff impor yang dipraktikkan oleh Donald Trump mungkin malah merugikan perekonomian negara mereka. Pertanyaannya adalah: Apa efek-efek dari keputusan tersebut bagi ekonomi AS?
1. Wirausahawan Amerika Ajukan Tuntutan Terhadap Trump
Pengusaha di Amerika Serikat telah mengajukan tuntutan kepada Presiden Donald Trump berkaitan dengan kebijakan perang perdagangan yang diterapkannya pada beberapa negara lewat peningkatan tariff impor ke Pengadilan Perdagangan Internasional A.S. Tindakan ini diprakarsai oleh Liberty Justice Center, suatu grup advokasi hukum yang mendukung berbagai pelaku bisnis di negeri tersebut.
Mereka mengajukan gugatan lantaran perdagangan yang sedang terjadi memicu kerugian besar bagi bisnis. Selain itu, alasan lainnya adalah para pebisnis merasa bahwa aturan tersebut bertentangan dengan hukum. Mereka mencoba mendiskusikan legitimasi penetapan tariff ini menggunakan UU Kekuatan Ekonomi Darurat Internasional (IEEPA) sebagai dasarnya.
UU IEEPA telah memberikan kepada Presiden hak guna menerapkan peraturan sebagai tanggapan atas ancaman signifikan terhadap perekonomian dan keselamatan Amerika Serikat. Namun, para pebisnis berpendapat bahwa syarat-syarat ini belum dipenuhi oleh keputusan yang dibuat Trump. Selain itu, gugatan tersebut juga menyatakan bahwa aturan tersebut tidak membolehkan Presiden untuk menjalankan tariff dengan cara tunggal.
2. Petani AS Merana
Menurut laporan CNN, China memiliki senjata tersembunyi yang dapat mengakibatkan perekonomian Amerika Serikat kesulitan, yaitu dengan cara berhenti memasukkan kedelai dari para petani di negeri tersebut. Tindakan serupa telah diterapkan oleh Beijing sejak tahun 2018.
Dua negara tersebut memiliki hubungan perdagangan yang kuat walaupun satu negara ini mengekspor ke Amerika Serikat kurang lebih tiga kali lipat dari jumlah produk yang diimpor. Hal ini menyebabkan adanya defisit dagang besar senilai mendekati USD 300 milyar yang memberi untung kepada China. Inilah kesenjangan yang berusaha disempurnakan oleh Trump melalui penerapan bea masuk pada barang-barang hasil produksi negara tersebut.
3. Ekonomi AS Stagnan
Institut Peterson untuk Ekonomi Internasional (PIIE) menduga bahwa pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) mungkin akan berhenti pada tahun ini akibat ketidakjelasan kebijakan yang datang dari Presiden AS Donald Trump.
“Secara mendasar, ini merupakan kisah mengenai pondasi yang kuat yang membuka jalan untuk pertumbuhan ekonomi yang tertahan serta peningkatan inflasi akibat perubahan kebijakan,” ungkap Peneliti Senior Nonresiden PIIE Karen Dynan sebagaimana dilansir Xinhua.
Dynan menyebut proyeksi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Amerika Serikat secara tahun-ke-tahun (yoy) akan mencapai 1,1% di tahun 2025 dan turun menjadi 0,6% di tahun 2026. Menurut catatan Dynan, pertumbuhan PDB AS untuk kuarter keempat tahun 2025 diperkirakan hanya sekitar 0,1%, jika dibandingkan dengan periode yang sama dari tahun sebelumnya.
Selama sementara, inflasi dalam pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) untuk kuartal terakhir diperkirakan akan naik 4% per tahun, kemudian merosot hingga 3,2% (year-on-year) di akhir tahun 2026.
4. Industri Otomotif AS
Presiden AS, Donald Trump, mengimplementasikan aturan bea masuk yang mencakup sektor otomotif. Sasarannya adalah untuk mendukung pembuat kendaraan lokal dan memelihara pekerjaan bagi orang-orang di Amerika. Akan tetapi, kebijakan tersebut dapat memiliki efek merugikan terhadap bisnis-bisnis yang dimaksud untuk diproteksi.
Ini tercermin dari berbagai merk asal Amerika yang ternyata tak menghasilkan seluruh varian produknya secara lokal. Ketigapilar otomotif kota Detroit yakni General Motors (GM), Ford, dan Stellantis menawarkan sekitar 1,85 juta unit kendaraan impor ke pasaran AS pada tahun kemarin. Angka tersebut menyumbang sebesar 13% dari total penjualannya secara global.
Sebagai pembanding, ketiganya yakni Toyota, Honda, dan Nissan yang merupakan pembuat mobil terkemuka asal Jepang telah menjual sebanyak 1,53 juta unit di pasar Amerika Serikat. Walaupun angka tersebut hampir setara, bagian itu baru mencerminkan 9% dari seluruh volume penjualannya secara global. Sementara untuk para pesaing Jerman seperti Volkswagen Group, BMW, serta Mercedes-Benz memiliki persentase yang lebih rendah lagi, dengan cuma 7% saja dari keseluruhan penjualan dunia datang melalui saluran ekspor ke negara Amerika.
—