Warisan Perjuangan Apar Rustam: Garut Siap Membuka Babak Baru Bersama Gunawan
**politics.apabisa.com** – PR GARUT- Mendekati terbitnya fajar, saat itulah berita sedih tersebut tersebar.Tanggal 20 Maret 2025, yang bersamaan dengan pertengahan bulan Ramadhan 1446 Hijriyah, adalah suatu tanggal yang tidak akan bisa dilupakan begitu saja oleh para guru di Kota Garut.
Pada masa yang penuh kemesraan di bulan mulia ini, berita tentang pergiannya Dr. Apar Rustam Ependi muncul dengan keras— meninggalkan ketenangan serta rasa sedih dalam hati keluarga, teman-teman sejawatan, kerabat, dan kenalan dekatnya.
Apar Rustam, Ketua Umum Serikat Guru Indonesia (SEGI) Kabupaten Garut, telah meninggal dunia usai menerima pengobatan intensif di salah satu rumah sakit di Kota Bandung. Tidak ada pihak yang sungguh-sungguh menyangka hal tersebut akan terjadi. Kepergiannya begitu tiba-tiba dan tidak terduga.
“Our hero died young,” Demikian ungkap Gunawan MPd, M.MPd, seorang dekat dengan mantan pendiam Apar dalam SEGI, yang saat ini ditunjuk untuk mengambil alih peduli perjuangan tersebut.
Figur Pemimpin Muda yang Kuat dan Berwawasan
Pada usia yang relatif masih muda, Apar Rustam sudah mengukir prestasi signifikan di bidang pendidikan di wilayah Garut. Selain dipandang sebagai seorang ahli akademi handal, dia juga dikenali sebagai pembicara hebat yang tidak ragu-ragu untuk mendengungkan keprihatinan para guru, mencakup kesenjangan dalam keputusan-keputusan serta hak-hak pengajar sering kali dilupakan.
Di belakang kata-kata yang tenangnya ia ucapkan, tersembunyi api semangat yang tidak gampang pudar. SEGI di bawah pimpinanannya berkembang menjadi lembaga yang tidak ragu untuk mengkritisi keras-keras keputusan pemerintah yang dianggap merugikan mutu pendidikan.
Perginya Apar bukan sekadar lenyapnya seorang pemimpin, tetapi juga berkurangnya panduan moral dan semangat perjuangan yang telah lama menerangi para guru di Garut.
Musbai: Menyalakan Kembali Api yang Redup
Ingin tak terpaku pada kesedihan, tim pimpinan SEGI bertindak dengan sigap. Tanpa menunggu lama meski suasana masih sunyi akibat kematian Apar, mereka menggelar Musyawarah LuarBiasa (Musbir) beberapa hari kemudian. Bertempat di ruang sekretariat SEGI yang sangat sederhana dan disertai oleh kurang lebih 20 perwakilan dari seluruh distrik, satu tujuan mempersatukannya semua: pertempuran harus tetap dilanjutkan.
Dengan tema “Guar Waris Perjuangan SEGI”, Muslub berfungsi sebagai tempat untuk merenung serta mengumpulkan kekuatan bersama. Selama proses permusyawarataan tersebut, munculah sebuah nama yang pada akhirnya terpilih dengan suara bulat: Gunawan MPd, M.MPd.
Melanjutkan Jejak, Membangun Harapan
Gunawan tidak merupakan nama asing dalam organisasi SEGI. Sudah sejak lama ia berperan sebagai pendamping utama Apar dan sangat mengenal tantangan perjuangan yang bakal dihadapinya selanjutnya.
Kembalinya almarhum Bapak Apar tidak hanya membawa kesedihan. Ini juga mengingatkan kita bahwa kehidupan itu singkat, dan pertempuran masih harus berlanjut. Masih ada begitu banyak pekerjaan rumah yang belum selesai. Kami akan menyelesaikannya, ungkap Gunawan ketika ditemui oleh Pikiran Rakyat Garut beberapa hari yang lalu.
Dewan Honorarir SEGI, Drs. Imam Tamamu Taufik, menyatakan tambahan bahwa hadirnya Gunawan sebagai kepala baru merupakan hasil dari keyakinan bersama. Tidak ada usaha baik yang terbuang percuma. Setiap tetesan keringat dalam berusaha akan menghasilkan buah kebaikan untuk kita semua, ujarnya lirih.
Berikut adalah susunan pengurus SEGI Garut dalam kepengurusan yang dipimpin oleh ketua terbaru:
Menghadapi Masa Depan dengan Energi Segar
Saat ini, di bawah kepemimpinan Gunawan, SEGI Garut menghadapi masa depan dengan rasa percaya diri yang baru. Warisan semangat serta idealisme Apar Rustam membentuk dasar kuat dalam merintis jalan menuju masa datang.
Gunawan tidak hanya berniat untuk meneruskan, tetapi juga bersumpah akan mengarahkan SEGI menuju posisi yang lebih kokoh, maju, serta mengekspresikan aspirasi para guru sampai ke tempat-tempat otoritas.
Bagi mereka, seorang guru sesungguhnya tidak hanya mendidik di ruang kelas, tetapi juga berusaha melestarikan kehormatan profesi mereka.
Di langit Garut yang semakin memerah menuju senja, mungkin Apar Rustam tersenyum. Mengingat usahanya akhirnya tidak terbuang percuma dan dilanjuti oleh kasih sayang. ***
—