30 Apr 2025, Wed

Presiden Cina Xi Jinping mengunjungi tiga negara ASEAN yakni Vietnam, Malaysia, dan Kamboja di tengah memanasnya perang dagang dengan Amerika Serikat. Presiden Donald Trump menyebut, tur Xi Jinping ke ASEAN sebagai upaya untuk menekan negaranya.

Presiden XI Jinping memulai turnya ke ASEAN dimuali dari Vietnam. Dia sampai di Hanoi pada hari Senin (14/4), di mana ia bertemu dengan pemimpin utama Vietnam, Nguyen Phu Trong. Selama pertemuan tersebut, Xi mendorong agar ada peningkatan dalam hubungan perdagangan bilateral dan berbagai kesepakatan kolaborasi ditanda tangani, mencakup upaya untuk memperkuat jaringan suplai global.

Trump menyebut bahwa pembicaraan antara China dan Vietnam berpusat pada cara-cara yang dapat merugikan Amerika Serikat. Dia berkata, “Saya bukanlah orang yang memarahi Cina atau Vietnam. Kita hanya ingin mencari jawaban atas pertanyaan bagaimana caranya membuat kerusakan di AS?” ungkapnya.

Vietnam merupakan salah satu negara di Asia Tenggara yang terguncang tarif paling tinggi oleh Trump  mencapai 46%.

Sebagai pusat industri dan perakitan utama, AS merupakan pasar ekspor utama Vietnam. Mereka mengekspor alas kaki, pakaian, dan elektronik. Di sisi lain, Vietnam bergantung impor barang dari Cina.

Dalam tiga bulan awal tahun ini, impor Vietnam dari Cina bernilai sekitar US$30 miliar, sementara nilai ekspornya ke Washington tercatat pada angka US$31,4 miliar.

Kedatangan Xi ke Vietnam, Kamboja, dan Malaysia minggu ini berlangsung sementara Amerika Serikat mengenakan tarif sebesar 145% kepada Cina, serta penangguhan tarif balasan oleh Trump selama periode 90 hari.

Perjalanan Xi ke Hanoi menawarkan kesempatan untuk memperkuat hubungan dengan negara tetangga yang telah menerima investasi miliaran dolar dari Cina dalam beberapa tahun terakhir. Banyak produsen yang berbasis di Tiongkok pindah ke selatan untuk menghindari tarif yang dikenakan oleh pemerintahan pertama Trump.

Xi sudah merencanakan perjalanannya ke Vietnam sebelum Trump mengeluarkan penetapan tarifnya. Namun, kedatangan tersebut pas sekali terjadi di momen yang tepat ini. Xi memastikan bahwa China adalah partner perdagangan yang handal dan konsisten, dibandingkan dengan adanya fluktuasi kebijakan tak pasti dari pemerintah Washington.

Media di China dan Vietnam melaporkan pada hari Senin (14/4) bahwa sebanyak 45 perjanjian telah disepakati oleh kedua negara tersebut, yang mencakup juga tentang rute kereta api.

Dibawah tekanan dari Washington, Vietnam meningkatkan pengawasan terhadap berbagai transaksi dengan Tiongkok. Seorang petinggi administrasi Trump menyebut bahwa Presiden serta Lam dari Vietnam sudah setuju untuk “berupaya menurunkan bea masuk saling melawan.”

Vietnam serta beberapa negara ASEAN lainnya mencoba mempertahankan keseimbangan yang kompleks antara Amerika Serikat dan China. Hal ini dilakukan sambil menghadapi ketakutan bahwa daerah tersebut mungkin menjadi tempat buangan bagi produk-produk China yang tidak lagi diterima oleh Amerika Serikat.

Perekonomian Vietnam memiliki hubungan dekat dengan China dan Amerika Serikat. Negara ini mengandalkan impor barang-barang dari China sementara pemasaran produk-produknya banyak ditujukan kepada konsumen di AS. Beberapa negara lain di wilayah tersebut melihat Amerika Serikat sebagai faktor pengendali atas dominasi China.

Phan Xuan Dung, pegawai penelitian dari Program Studi Vietnam di ISEAS – Yusof Ishak Institute, menyebutkan: “Apabila tren masa lalu terus berlanjut, wajar jika kita memperkirakan bahwa Vietnam kemungkinan akan mencoba menjaga keseimbangan antara partisipasi China yang besar dengan diplomasi setaranya menuju Amerika Serikat atau mitra-mitra lainnya dalam beberapa bulan ke depan.”

Peningkatan tensi antara Amerika Serikat dan China telah menimbulkan keprihatinan mengenai “terputusnya” hubungan kedua perekonomian terbesar global ini. Namun, hal tersebut coba ditolak oleh Menteri Keuangan Scott Bessent pada hari Senin.

” Ada langkah signifikan yang perlu diambil pada suatu saat,” ujar Bessent ketika dimintai pendapat oleh Bloomberg TV mengenai dugaan pemisahan diri dari ekonomi nomor satu dunia.

“Tidak perlu adanya” pemisalah, namun dapat juga terjadi,” katanya.

Tampaknya prospek itu sudah memindahkan sejumlah pertarungan perang dagang ke area lain. Di luar diskusi selama tur Asia-nya, Xi juga berusaha untuk mendapatkan kerjasama tambahan yang tidak melibatkan Amerika Serikat bersama Uni Eropa.

Di wilayah Amerika Latin, Pemerintahan Amerika Serikat mendesak pihak berwenang setempat untuk memperkecil ketergantungan keuangan terhadap Cina. Bessent menyebut bahwa dirinya telah melakukan pertemuan dengan Presiden Argentina Javier Milei pada hari Senin, 14 April. Beliau kemudian menegaskan hal tersebut kepada
Bloomberg
bahwa pemerintah Trump berfokus pada membantu negara-negara di Amerika Latin terbebas dari apa yang mereka sebut sebagai perjanjian “serakah” antara Cina dan beberapa negara tersebut guna menyerahkan hak pertambangan demi mendapatkan dukungan finansial.

Kedubes China di Argentina menuding Bessent telah berbuat buruk dengan fitnah dan pencemaran nama baik terhadap Cina, serta memintakan Amerika Serikat agar tidak menghambat atau secara sengaja merusak perkembangan negara-negara sedang berkembang.

Gedung Putih juga telah mereda tekanan akhir-akhir ini dengan menambahkan pengecualian tariff pada smartphone, laptop, semikonduktor, serta barang elektronik lainnya yang mayoritas diproduksi di China.

Namun, Trump beserta para asistennya menyampaikan pada hari Ahad, 14 April, bahwa interpretasi tentang pengecualian tersebut merupakan kesalahan dan hanyalah berlaku untuk jangka waktu singkat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *